Senin, 28 April 2008

Munculnya Kekuatan Politik Baru

Mencermati Hasil Pemilihan Gubernur Jawa Barat 2008

Mengejutkan. Hal itu yang mungkin tergambar di benak para analis politik begitu melihat hasil Pemilihan Gubernur Jawa Barat. Hasil Quick Count yang dilakukan oleh Lembaga Survey Indonesia (LSI) dan Litbang Kompas memenangkan pasangan Ahmad Heryawan-Dede Yusuf (HADE) yang diusung oleh koalisi PAN-PKS. Kemenangan ini jelas membalikkan prediksi para analis yang semula memprediksi kemenangan ada di tangan Agum Gumelar-Nu’man Abdul Hakim atau Dani Setiawan-Iwan Ridwan Sulanjana yang didukung oleh dua parpol besar: Golkar dan PDIP.

Tanda Tanya Besar
Muncul pertanyaan. Mengapa HADE yang notabene hanya didukung oleh dua partai yang bukan pemenang pemilu dapat memenangkan Pilkada di Jawa Barat yang memiliki jumlah penduduk yang cukup banyak, latar belakang sosial masyarakat yang heterogen dan kondisi regiopolitik yang cenderung plural? Padahal mereka tidak mengeluarkan dana yang besar (hanya 800 Juta Rupiah) dan harus menghadapi nama besar Dani Setiawan dan Agum Gumelar.

Kemenangan pasangan HADE memang mengejutkan. Sebelum pelaksanaan pilkada, nyaris tidak ada analis yang mengunggulkan pasangan Ahmad Heryawan-Dede Yusuf. Mereka lebih sering menganalisis persaingan ketat antara Dani Anwar dan Agum Gumelar yang memang sangat terasa pada saat debat publik di MetroTV. Asumsinya, Dani Setiawan adalah calon incumbent yang memiliki basis kuat di kalangan birokrat dan masyarakat kelas menengah ke atas. Sedangkan Agum Gumelar dianggap masih disukai karena pernah menjadi calon wakil presiden.

Tetapi fakta di lapangan kembali berbicara lain. Ahmad Heryawan-Dede Yusuf yang membasiskan diri di kalangan aktivis dan umat Islam (terutama aktivis mesjid) ternyata mampu memenangi pilkada. Bahkan, mereka mampu meraih lebih dari 35% suara yang jelas akan mengantarkan mereka di kursi Jabar-1. Inilah yang menjadi tanda tanya besar di kalangan pengamat politik.

Kekuatan Politik Baru
Lantas, mengapa perolehan suara Agum dan Dani kurang dari pencapaian target yang diharapkan? Penulis memiliki beberapa pendapat mengenai hal ini.

Pertama, masyarakat Jawa Barat lebih cenderung untuk mencari nuansa kepemimpinan baru. Dengan kata lain, masyarakat Jawa Barat tidak menginginkan kekuatan status-quo, dalam hal ini Dani Setiawan, untuk memimpin kembali Jawa Barat lima tahun ke depan. Fenomena ini dapat dilihat pada perolehan suara Dani Setiawan yang hanya mencapai 25%. Padahal, survey LSI sebelum kampanye menggambarkan bahwa popularitas Dani Setiawan masih berkisar 50-60%. Ini artinya, popularitas Dani merosot tajam dalam kurun waktu beberapa bulan terakhir.

Kedua, pasangan HADE mampu melakukan komunikasi politik yang efektif, baik secara vertikal maupun horizontal. Di satu sisi, HADE mampu menggaet dukungan dari penduduk Jawa Barat yang dapat dikatakan plural dan terpelajar. Mereka mampu mengakselerasi mesin politik dan menarik simpati publik di kalangan terpelajar. Buktinya, Depok yang identik dengan kampus Universitas Indonesia dapat menjadi lumbung suara HADE. Adapun secara horizontal, mereka mampu melakukan komunikasi politik yang baik dengan para elit partai di tingkat pusat. Dukungan pusat yang memang benar-benar ”sepenuh hati” juga menjadi salah satu faktor penarik dukungan pasangan HADE.

Ketiga, kemenangan HADE ini juga dapat ditafsirkan sebagai kelahiran kekuatan politik baru di Indonesia, yaitu Partai Keadilan Sejahtera (PKS). Suara PKS di Jawa Barat pada Pemilu 2004 tidak signifikan, hanya berkisar 11,4% saja. Artinya, PKS mampu melakukan konsolidasi kader secara efektif dan mampu menarik simpati publik dengan mengoptimalkan popularitas figur yang diusung. Mereka juga mampu menggerakkan roda konstituen dari wilayah sampai ranting. Bisa jadi, ini merupakan sinyal pergeseran peta kekuatan politik di tahun 2009 nanti.

Ketiga fenomena di atas menurut penulis merupakan langkah awal demokratisasi di Jawa Barat, di mana tidak satu pihak pun yang mengklaim bahwa pihaknyalah yang merupakan figur representasi rakyat. Kita juga tidak dapat berpatokan pada data lama (Hasil Pemilu 2004) karena rakyat semakin pandai dalam memilih pemimpin. Selanjutnya, kita nantikan saja gebrakan kaum muda dengan Ahmad Heryawan dan Dede Yusuf sebagai pionirnya. Nasib Jawa Barat lima tahun ke depan ada di tangan mereka. Nantikanlah!

*) Artikel ini dimuat di Harian Banjarmasin Post, 22 April 2008

1 komentar:

infogue mengatakan...

Artikel di Blog ini bagus dan berguna bagi para pembaca.Anda bisa lebih mempromosikan artikel anda di Infogue.com dan jadikan artikel anda topik yang terbaik bagi para pembaca di seluruh Indonesia.Telah tersedia plugin/widget.Kirim artikel dan vote yang terintegrasi dengan instalasi mudah dan singkat.Salam Blogger!!!

http://politik.infogue.com/
http://politik.infogue.com/munculnya_kekuatan_politik_baru