Rabu, 13 Agustus 2008

Aktivis Sekolah, Buktikan Sikapmu!


Oleh : Ahmad Rizky Mardhatillah Umar *)
Pengantar

OSIS (Organisasi Siswa Intra Sekolah) dan MPK (Majelis Perwakilan Kelas) merupakan dua organisasi siswa yang memiliki otoritas tertinggi di sekolah. OSIS menjalankan fungsi eksekutif dan MPK menjalankan fungsi legislatif. Dua organisasi ini merupakan wadah penyaluran minat siswa dalam berorganisasi, di samping sebagai sarana untuk menyalurkan aspirasi siswa.

Terkadang permasalahan yang muncul di sekolah adalah anggapan sebagian pihak (termasuk segelintir oknum guru) bahwa OSIS dan MPK cenderung “mengganggu” pelajaran. Ini jelas keliru. Keberadaan OSIS dan MPK justru ditujukan untuk menunjang kegiatan belajar-mengajar dan aplikasi langsung teori-teori sosial yang diajarkan di sekolah.

Selain itu, OSIS dan MPK juga terbukti melahirkan tokoh-tokoh bangsa. Tercatat beberapa figur seperti Yusril Ihza Mahendra, Priyo Budhisantoso, Gumilar Rusliwa Soemantri, atau Anas Urbaningrum pernah menjadi Ketua OSIS di sekolah mereka masing-masing. Mereka tercatat sebagai ketua fraksi terbesar di DPR-RI, guru besar hukum tata negara, anggota KPU, bahkan sebagai seorang Rektor di salah satu universitas terbesar di Indonesia.

Seharusnya, pengurus OSIS dan MPK dapat menghindarkan stigma merugikan tersebut dengan membuktikan diri sebagai seorang aktivis yang cerdas secara akademik dan mampu membagi waktu antara belajar dan berorganisasi. Sehingga, terbentuklah karakter yang penulis sebut sebagai karakter intelektual, perpaduan antara karakter kritis yang didapat dari organisasi dengan kepandaian yang didapat dari proses belajar-mengajar.

Menegaskan Peran Siswa

Penulis memiliki beberapa pendapat mengenai beberapa maslaah OSIS dan MPK di sekolah, yang selama ini penulis rasakan kurang berjalan di masing-masing sekolah.

Pertama, kewenangan dan tugas antara OSIS dan MPK harus dipisahkan. Pemisahan tugas ini berarti dalam berbagai kegiatan dan kepanitiaan, tugas OSIS dan MPK harus berbeda. OSIS, OSIS menjalankan tugasnya dalam pelaksanaan berbagai program kerja dengan pengawasan penuh dari MPK yang memiliki wewenang legislasi dan pengawasan kinerja OSIS.

Dalam kepanitiaan, MPK tidak boleh mencampuri wewenang OSIS; tugas mereka mengawasi, memberikan penelaahan, membuat catatan kritis dan masukan-masukan kepada OSIS, serta mengevaluasi pertanggungjawaban OSIS di akhir kegiatan. Ini penting agar OSIS tidak melakukan kegiatan seenaknya tanpa pertimbangan-pertimbangan rasional.

Pemisahan tugas OSIS dan MPK ini tidak lantas membuat keretakan hubungan OSIS dan MPK. Hubungan baik tetap dijalin tetapi tetap mengacu pada mekanisme yang berlaku. Ketika OSIS mendapat telaahan yang kurang baik dari MPK, OSIS seharusnya mengkaji kembali kinerja mereka dan memperbaiki hasil-hasil yang kurang berkenan tadi.

Di sisi lain, MPK juga harus memiliki term of reference dalam mengevaluasi kinerja OSIS dan memberlakukan standard operasional ketika melakukan pengawasan. Maksudnya, MPK tidak mengevaluasi kinerja OSIS secara sembarangan. MPK harus menetapkan standard-standard kualitas bagi kinerja OSIS, agar hasil kerja OSIS dapat terukur secara objektif dan mekanis.

Kedua, OSIS/MPK harus menjalankan fungsinya sebagai representasi siswa dan menjadi media penghubung antara siswa dengan pihak otoritas sekolah. Aspirasi siswa harus benar-benar terserap oleh OSIS/MPK dan dikomunikasikan secara baik dengan pihak sekolah. Ketika siswa tidak setuju dengan kebijakan sekolah, sudah menjadi tugas OSIS/MPK untuk menyampaikan ketidaksetujuan tersebut kepada sekolah dengan cara-cara yang baik dan santun, melambangkan identitas siswa yang terpelajar.

Oleh karena itu, OSIS dan MPK tidak boleh menjadi “juru bicara” atau “oposisi” sekolah; Mereka harus tetap kritis terhadap kebijakan-kebijakan sekolah dan menjadi representasi siswa. Akan tetapi, OSIS dan MPK juga berkewajiban menjalin baik dengan sekolah dan menyalurkan informasi dari sekolah ke siswa. Hal ini untuk menjaga agar siswa tidak berjalan terlalu “liar”, tetapi masih dapat menjaga sikap kritisnya

Sikap kritis OSIS/MPK tersebut harus dibangun atas dasar rasionalitas dan disandarkan pada pola pikir ilmiah; menyampaikan sesuatu disertai dasar pemikiran yang jelas dan fakta yang valid. Oleh karena itu, polling pendapat dari siswa sangat baik dilakukan. OSIS/MPK, dengan peran masing-masing, harus dapat menjadi media komunikasi yang efektif dan menjadi sarana mengeluarkan idealisme dari siswa.

Ketiga, kegiatan OSIS dan MPK (dalam hal ini OSIS) seharusnya tidak hanya bersifat hura-hura, tetapi juga edukatif. Kreativitas memang perlu dikembangkan, tetapi jangan lupa, tugas siswa pada dasarnya adalah belajar. Organisasi merupakan wadah untuk mendukung pelajaran, bukan sarana “pelarian” dari rutinitas akademik di sekolah.

Tidak ada salahnya melakukan kegiatan seperti festival band atau sejenisnya. Namun, kegiatan tersebut harus diimbangi dengan kegiatan yang bersifat edukatif, semisal diskusi siswa atau bakti sosial. Kegiatan tersebut selain menunjang kegiatan akademik, juga memiliki kontribusi positif bagi masyarakat. Sehingga, kreativitas siswa tidak hanya bersifat hedonistis, tetapi juga edukatif dan positif.

Keempat, OSIS dan MPK penulis harapkan menjadi wadah bagi pendidikan demokrasi bagi pelajar. Di OSIS dan MPK, seorang siswa akan belajar untuk menghargai pendapat orang lain yang berbeda. Mekanisme pemilihan OSIS dan MPK juga dapat menjadi sebuah ajang demokrasi bagi siswa. Oleh karena itulah, pengurus OSIS dan MPK yang terpilih harus menghormati prinsip-prinsip pluralisme dalam berorganisasi.

Implikasi dari hal tersebut adalah adanya dukungan dari guru. Seorang wakasek kesiswaan tidak dapat mencampuri hal-hal teknis dari OSIS/MPK, tetapi harus memberi pembinaan terhadap kegiatan dengan arahan-arahan positif dan kedekatan dengan OSIS/MPK. Wakasek kesiswaan tidak boleh “mematikan” daya kritis dan kreativitas siswa, tetapi harus menjaga agar OSIS dan MPK tidak berjalan terlalu liar. Kebijaksanaan dari seorang wakasek diperlukan dalam hal ini.

Apa Lagi Selanjutnya?

Empat saran tersebut penulis tawarkan kepada para pengurus OSIS dan MPK agar dapat dijadikan bahan pertimbangan dalam melakukan kegiatan. Sebagai seorang alumnus OSIS dan MPK, penulis mengajak segenap aktivis sekolah untuk membangun negeri ini dengan kekuatan yang dimiliki.

Kita semua harus sadar, kontribusi dan pemikiran para pelajar sebagai agen penyelamat peradaban sangat diharapkan dalam membangun masa depan. Bukankah pemimpin masa depan adalah anda, para pelajar masa kini?

*) Penulis adalah Ketua OSIS SMPN 2 Banjarmasin Periode 2003/2004,
Sekarang Tinggal di Desa Condong Catur, Sleman, DIY.

Tidak ada komentar: