Jumat, 09 Mei 2008

Sekelumit Harapan Pilkada HSS

Membaca Peluang Cabup-Cawabup HSS

Genderang Pemilihan Bupati HSS 2008-2013 sepertinya sudah mulai ditabuh. Di berbagai media massa, kita mendengar ada tiga pasang calon Bupati dan Wakil Bupati yang mengisyaratkan akan maju dalam perhelatan demokrasi daerah kali ini: Muhammad Safi’i-Ardiansyah diusung oleh PPP, PKS, PAN, dan PKB, Bachdar Djoehan-Samsuri Yusuf diusung oleh Partai Golkar, PBR, dan koalisi partai-partai kecil serta Ariffin Noor-Anwar Hamidi yang diusung oleh PBB-PDIP.

Jika kita tinjau dari partai politik yang mengusung (mesin politik), dapat kita cermati bahwa ada persaingan yang cukup ketat dari masing-masing calon. Dari data hasil pemilu 2004, dapat kita kalkulasikan dukungan mesin politik dari masing-masing calon adalah sebagai berikut: Safi’i-Ardiansyah memiliki jumlah pemilih awal sebesar 49.106 pemilih (51,1%). Bachdar Djoehan-Samsuri Yusuf mendapat dukungan 18.597 pemilih (19,3%). Arifin Noor-Anwar Hamidi memiliki “modal” sebesar 12.569 pemilih (13,1%). Jumlah pemilih ini belum termasuk dukungan PKB dan partai-partai kecil yang jika dikalkulasikan pun tetap tidak mengubah peluang masing-masing calon.

Memang dari data di atas, kans Safi’i-Ardiansyah sangat terbuka. Jika kita lakukan kilas balik pada Pilkada Gubernur tahun 2005 lalu, akan kita dapati kenyataan bahwa kandidat yang diusung oleh PAN-PKS (Ismet Ahmad-Habib Aboe Bakar) cukup berjaya di daerah ini. Apalagi jika ditambah dengan perolehan suara PPP yang berjumlah 10.071 suara. Kita masih menunggu kepastian dari PKB yang masih belum menentukan sikap politik mereka.

Membaca Peluang
Dengan data “pembanding” pada pemilu 2004 tesebut, potensi masing-masing calon sebenarnya masih terbuka jika mereka dapat memaksimalkan isu-isu strategis dan dapat mengambil hati para pemilih dengan komunikasi politik yang efektif. Terlebih bagi Muhammad Safi’i-Ardiansyah yang memiliki “modal” cukup besar, yaitu 40,6% suara. Dengan konfigurasi “Urang Negara-Urang Kandangan” yang diwakili oleh kedua figur deserta popularitas keduanya.

Bachdar Djoehan-Samsuri Yusuf pun masih memiliki peluang jika mampu menarik simpati massa grass-root. Calon harus mampu memaksimalkan peran mesin politik dan lebih berkonsentrasi pada pemilih arus bawah. Mereka sebaiknya tidak melakukan manuver politik dengan “menyerang” calon lain, tetapi sebaiknya menarik simpati kalangan arus bawah dengan menunjukkan isu-isu perubahan dan peningkatan kesejahteraan.

Begitu pula dengan Arifin Noor-Anwar Hamidi. Walaupun dalam kalkulasi mereka memiliki dukungan sedikit, tetapi mereka harus dapat “melipatgandakan” suara yang diterima dengan isu-isu yang populis. Selain itu, calon juga sebaiknya membangun citra yang baik di masyarakat dan memaksimalkan kampanye untuk menarik dukungan dari massa. Mobilisasi massa pada waktu kampanye mungkin dapat dilakukan, tetapi ada baiknya calon memperhatikan konstituen di daerah luar Negara dan Kandangan.

Dukungan Massa
Secara umum, penulis berpendapat bahwa ada tiga faktor yang mempengaruhi dukungan massa dalam pemilihan kepala daerah secara umum, terutama dalam Pilkada Hulu Sungai Selatan ini.

Pertama, figuritas. Popularitas dari masing-masing calon dan charisma yang dipancarkan, serta kepercayaan masyarakat pada figur sang calon cukup menentukan besarnya dukungan rakyat terhadap sang kepala daerah. Dapat kita lihat pada fenomena Pilkada Tangerang yang dimenangkan oleh Ismet Iskandar dan Rano Karno.

Kedua, finansial. Faktor ini sangat efektif bagi masyarakat kalangan menengah ke bawah, karena dukungan bagi mereka sangat terkait dengan persoalan ekonomi. Faktor uang juga berpengaruh dalam besaran dana kampanye yang dikeluarkan, juga akan berpengaruh dalam mendongkrak popularitas partai politik yang bersangkutan.
Ketiga, mesin politik atau partai politik yang mengusung. Faktor partai politik ini dapat kita analisis pada perolehan suara Pemilu yang biasanya memiliki hubungan lurus dengan perolehan suara Pilkada. Faktor suara partai politik ini cukup efektif pada daerah-daerah basis partai politik yang memiliki massa fanatik. Contoh kasus adalah pada Pilkada DKI Jakarta yang mencerminkan keefektifan partai politik dalam memenangkan kandidat yang mereka usung.

Pada Pilkada Jakarta yang mempertemukan Fauzi Bowo-Priyanto dengan Adang Daradjatun-Dani Anwar tersebut, PKS harus menghadapi koalisi 20 partai. Di atas kertas, Adang-Dani diperkirakan para analis hanya akan mendulang suara sekitar 20%-25% saja. Tetapi fakta di lapangan, perolehan suara mereka terdongkrak sampai lebih dari 40%! Walaupun jumlah ini tidak cukup untuk memenangi Pilkada, tetapi fspsy kita lihat efektivitas parpol yang dapat melipatgandakan suara dari prediksi awal para analis politik.

Thus, kita hanya berharap pentas demokrasi dapat dimaksimalkan oleh masing-masing calon. Tinggallah kita nantikan pertarungan di arena demokrasi rakyat 2008 mendatang, mudah-mudahan para calon bupati dapat lebih dicintai oleh rakyat dan mengerti aspirasi urang pahuluan. Nantikanlah Kandangan dan Negara memilih!

Tidak ada komentar: